Minggu, 05 Februari 2012

HIPERTENSI


BAB IV
HIPERTENSI

A.  Defenisi
a.    Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995 )
b.    Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ).
c.    Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).
d.   Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan darah (Mansjoer,2000 : 144)
e.    Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140 mmHg atau tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostik ini dapat dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang terpisah (FKUI, 2001 : 453)
f.     Patologi utama pada hipertensi adalah peningkatan tekanan vesikalis perifer arterior (Mansjoer, 2000 : 144)
g.    Hipertensi heart disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung kronis, yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik secara langsung maupun tidak langsung.

B.  Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )
1.    Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.
2.    Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.

Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a.    Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport  Na.
b.    Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c.    Stress karena Lingkungan.
d.   Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelebaran pembuluh darah.


Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
a.    Elastisitas dinding aorta menurun
b.    Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c.    Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d.   Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e.    Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a.    Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
b.    Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
1.    Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
2.    Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
3.    Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
c.    Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
1.    Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
2.    Kegemukan atau makan berlebihan
3.    Stress
4.    Merokok
5.    Minum alkohol
6.    Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
1.    Ginjal
a.    Glomerulonefritis
b.    Pielonefritis
c.    Nekrosis tubular akut
d.   Tumor
2.    Vascular
a.    Aterosklerosis
b.    Hiperplasia
c.    Trombosis
d.   Aneurisma
e.    Emboli kolestrol
f.     Vaskulitis
3.    Kelainan endokrin
a.    DM
b.    Hipertiroidisme
c.    Hipotiroidisme
4.    Saraf
a.    Stroke
b.    Ensepalitis
c.    SGB
5.    Obat – obatan
a.    Kontrasepsi oral
b.    Kortikosteroid

C.  Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

D.  Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Menurut : Edward K Chung, 1995 )
1.    Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2.    Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi:
a.    Sakit kepala dan pusing
b.    Nyeri kepala berputar
c.    Rasa berat di tengkuk
d.   Marah / emosi tidak stabil
e.    Mata berkunang – kunang
f.     Telinga berdengung
g.    Sukar tidur
h.    Kesemutan
i.      Kesulitan bicara
j.      Rasa mual / muntah
k.    Epistaksis
l.      Migren
m.  Mudah lelah
n.    Tinistus yang diduga berhubungan dengan naiknya tekanan darah
Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

E.  Klasifikasi
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee, Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure “ (JNC – VI, 1997) sebagai berikut :
No
Kategori
Sistolik(mmHg)
Diastolik(mmHg)
1.
Optimal
<120
<80
2.
Normal
120 – 129
80 – 84
3.
High Normal
130 – 139
85 – 89
4.
Hipertensi
Grade 1 (ringan)
140 – 159
90 – 99
Grade 2 (sedang)
160 – 179
100 – 109
Grade 3 (berat)
180 – 209
100 – 119
Grade 4 (sangat berat)
>210
>120

F.   Pengobatan
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1.    Pengobatan non obat (non farmakologis)
2.    Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

Pengobatan non obat (non farmakologis)
Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.
Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :
1.    Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
2.    Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis.
3.    Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
4.    Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.
5.    Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol

Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.
1.    Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.

2.    Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ).
Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.

3.    Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial.
Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.

4.    Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.

5.    Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).
Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.

6.    Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan munta

7.    Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.

G.  Pemeriksaan Penunjang
1.    Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2.    Pemeriksaan retina
3.    Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung
4.    EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5.    Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6.    Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi
7.    ginjal terpisah dan penentuan kadar urin
8.    Foto dada dan CT scan.

H.  Komplikasi
a.    Stroke
b.    Infakr miokard
c.    Gagal ginjal
d.   Ensefalopati
e.    Gangguan penglihatan

I.     KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.    Pengkajian
a.    Aktivitas/ Istirahat
ü Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
ü Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b.    Sirkulasi
ü Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi,perspirasi.
ü Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.
c.    Integritas Ego
ü Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
ü Tanda :Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
d.   Eliminasi
ü Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu).
e.    Makanan/cairan
ü Gejala: Maanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini(meningkat/turun) Riwayat penggunaan diuretik
ü Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
f.     Neurosensori
ü Genjala: Keluhan pening /pusing,sakit kepala,subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
ü Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek, proses pikir, penurunan keuatan genggaman tangan.
g.    Nyeri/ ketidaknyaman
ü Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakitkepala.
h.    Pernafasan
ü Gejala: Dispnea yang berkaitan dari aktivitas /kerja takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
ü Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan buny inafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
i.      Keamanan
ü Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural

2.    Diagnosa Keperawatan
1)      Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
2)      Intoleran aktivitas b.d kelemahan umum ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3)      Nyeri ( sakit kepala ) b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral
4)      Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d masukan berlebih
5)      Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri

3.    Intervensi
RESIKO TINGGI TERHADAP PENURUNAN CURAH JANTUNG B/D PENINGKATAN AFTERLOAD, VASOKONSTRIKSI, ISKEMIA MIOKARD, HIPERTROPI VENTRICULAR
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien mau berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD/beban kerja jantung.
Kriteria Hasil:
- TD dalam rentang individu yang dapat diterima
- Irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal
INTERVENSI
RASIONAL
Pantau TTD



Catat keberadaan,kualitas denyutan sentraldan perifer




Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas








Amati warna kulit,kelembaban,suhu,dan masa pengisian kapiler



Catat edema umum/tertentu


Berikan lingkungan tenang dan nyaman,kurangi aktivitas/keributan lingkungan .batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.

Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi;jadwal periode istirahat tanpa gangguan;bantu pasien melakukan perawatan diri sesuai kebutuhan.

Lakukan tindakan-tindakan nyaman seperti pijatan punggung dan leher,miringkan kepala di tempat tidur.

Anjurkan tehnik relaksasi,panduan imajinasi ,aktivitas pengalihan.


Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah

Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vascular.

Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femolaris mungkin teramati/terpalpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi (peningkatan SVR) dan kongesti vena.

S4 umumnya terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipermetrofi atrium (peningkatan volume/tekanan atrium) Perkembangan S3 menunjukkan hipertrofi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakles, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru skunder terhadap terjadinya atau gagal ginjal kronik.

adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung

Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vascular.

Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis; meningkatkan relaksasi



Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit hipertensi.


Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsang simpatis.


Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress,membuat efek tenang, sehingga menurunkan TD.

Respon terhadap terapi obat “stepeed”(yang terdiri atas diuretic. Inhibitorsimpatis dan vasodilator) tergantung pada individu dan efek sinergis obat. karena efek samping tersebut, maka penting untuk menggunakan obat dalam jumlah paling sedikit dan dosis paling rendah.


INTOLERAN AKTIVITAS B/D KELEMAHAN UMUM KETIDAKSEIMBANGAN ANTARA SUPLAI DAN KEBUTUHAN OKSIGEN.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien klien mampu melakukan aktivitas yang ditoleransi
Kriteria Hasil :
ü Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
ü Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
ü Menunjukkan penurunan dalam tanda – tanda intoleransi fisiologi
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji respon klien terhadap aktivitas, perhatian frekuensi nadi lebih dari20 X per menit di atas frekuensi istirahat ; peningkatan TD yang nyata selama/sesudah aktivitas, dispnea, nyeri dada; keletihan  dan kelemahan yang berlebihan; diaphoresis; pusing atau pingsan.

Intruksikan pasien tentang tehnik penghematan energi, mis; menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi, melakukan aktifitas dengan perlahan.

Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. berikan bantuan sesuai kebutuhan.
Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologi terhadap stres aktivitas dan bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.


Tehnik menghemat energi mengurangi penggurangan energy juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

Kemajuan aktifitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba- tiba.memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.

NYERI ( SAKIT KEPALA ) B/D PENINGKATAN TEKANAN VASKULER SEREBRAL
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri berkurang
Kriteria Hasil :
ü  Klien melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/terkontrol
INTERVENSI
RASIONAL
Mempertahankan tirah baring selama fase akut

Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala mis; kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar lampu kamar, tehnik relaksasi (panduan imajinasi, diktraksi) dan aktifitas waktu senggang.

Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala mis; mengejan saat BAB, batuk panjang dan membungkuk.

Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan


Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi pendarahan hidung  atau kompres hidung telah dilakukan untuk menghentikan pendarahan


Kolaborasi  pemberian obat analgesik,


Kolaberasi pemberian obat Antiansietas mis; lorazepanm(ativan), diazepam,(valium)
Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi

Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang memperlambat/memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.



Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vascular serebral.


Pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala.pasien juga dapat mengalami episode hipotensi postural.

Meningkatkan kenyamanan umum.kompres hidung dapat mengganggu proses menelan atau membutuhkan napas dengan mulut ,menimbulkan stagnasi sekresi oral dan mengeringkan membrane mukosa.

Munurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang system saraf simpatis.

Dapat mengurangi ketegangan dan ketidaknyamanan yang diperberat oleh stress.

NUTRISI LEBIH DARI KEBUTUHAN TUBUH B/D MASUKAN BERLEBIH
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nutrisi klien cukup/optimal sesuai kebutuhan
Kriteria Hasil :
- Berat badan klien dalam batas ideal
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan



Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam, dan gula, sesuai indikasi.
Kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan peningkatan massa tubuh.

Kesalahan kebiasaan makan makan menujang terjadinya ateroskerosis dan kegemukan.

KURANGNYA PENGETAHUAN B/D KURANGNYA INFORMASI TENTANG PROSES PENYAKIT DAN PERAWATAN DIRI
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan pada klien
Kriteria Hasil:
-Klien paham dengan tentang proses penyakit dan regimen pengobatan
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar.termasuk orang terdekat.







Terapkan dan nyatakan batas TD normal.jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung,pembuluh darah ,ginjal dan otak.





Hindari mengatakan TD normal dan gunakan istilah”terkontrol dengan baik “saat menggambarkan tekanan darah pasien TD pasien dalam batas yang normal.
Kesalahan konsep dan menyangkal diagnose karena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien dan/orang terdekat untuk mempelajari penyakit,kemajuan,dan prognosis.bila pasien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan continue,maka perubahan prilaku tidak akan dipertahankan.

Memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan TD dan mengklarisifikasi istilah medis yang sering digunakan.pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketika merasa sehat.

Karena pengobatan untuk pasien hipertensi adalah sepanjang kehidupan,maka dengan penyampaian ide”terkontrol”akan membantu pasien untuk memahami kebutuhan untuk melanjutkan  pengobatan/medikasi.

4.    Evaluasi
ü Dx 1: Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard
ü Dx 2 : Sirkulasi tubuh tidak terganggu
ü Dx 3:Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat
ü Dx 4 :Nutrisi seimbang
ü Dx5:Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi

3 komentar:

  1. Kategori TD untuk HHD berapa ya?

    BalasHapus
  2. Nairus is the world's first sunscreen with zinc oxide and titanium dioxide
    Nairus is the world's first sunscreen with zinc samsung galaxy watch 3 titanium oxide and titanium dioxide. titanium quartz crystal Nairus is the world's first sunscreen with ford escape titanium 2021 zinc oxide and titanium dioxide.Nairus is the world's first ford fusion titanium for sale sunscreen with zinc oxide.Nairus is the world's first sunscreen silicone dab rig with titanium nail with zinc oxide and titanium dioxide.

    BalasHapus