BAB III
INFARK MIOKARD
A.
Defenisi
a. Infark Myokard Akut (IMA)
adalah suatu keadaan nekrosis miokard yang akibat aliran darah ke otot jantung
terganggu (Hudack & Galo 1996).
b. Infark Miocard Akut adalah kematian
jaringan miokard diakibatkan oleh kerusakan aliran darah koroner miokard
(oenyempitan atau sumbatan arteri koroner diakibatkan oleh aterosklerosis atau
penurunan aliran darah akibat syok atau perdarahan (Carpenito L.J. , 2000).
c. Infark miokardium mengacu pada
proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat
sehingga aliran darah koroner berkurang. (Brunner & Sudarth, 2002)
d. Infark miokard akut atau sering juga
disebut akut miokard infark adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot
jantung terganggu.( Suyono, 1999)
B.
Etiologi
Intinya AMI terjadi jika suplai
oksigen yang tidak sesuai dengan kebutuhan tidak tertangani dengan baik
sehingga menyebabkab kematian sel-sel jantung tersebut. Beberapa hal yang
menimbulkan gangguan oksigenasi tersebut diantaranya:
1.
Berkurangnya suplai oksigen ke miokard.
Menurunya
suplai oksigen disebabkan oleh tiga factor, antara lain:
a.
Faktor pembuluh darah
Hal
ini berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan darah mencapai
sel-sel jantung. Beberapa hal yang bisa mengganggu kepatenan pembuluh darah
diantaranya: atherosclerosis, spasme, dan arteritis.
Spasme
pembuluh darah bisa juga terjadi pada orang yang tidak memiliki riwayat
penyakit jantung sebelumnya, dan biasanya dihubungkan dengan beberapa hal
antara lain: (a) mengkonsumsi obat-obatan tertentu; (b) stress emosional atau
nyeri; (c) terpapar suhu dingin yang ekstrim, (d) merokok.
b.
Faktor Sirkulasi
Sirkulasi
berkaitan dengan kelancaran peredaran darah dari jantung keseluruh tubuh sampai
kembali lagi ke jantung. Sehingga hal ini tidak akan lepas dari factor
pemompaan dan volume darah yang dipompakan. Kondisi yang menyebabkan gangguan
pada sirkulasi diantaranya kondisi hipotensi. Stenosis maupun isufisiensi yang
terjadi pada katup-katup jantung (aorta, mitrlalis, maupun trikuspidalis) menyebabkan
menurunnya cardac out put (COP). Penurunan COP yang diikuti oleh penurunan
sirkulasi menyebabkan bebarapa bagian tubuh tidak tersuplai darah dengan
adekuat, termasuk dalam hal ini otot jantung.
c.
Faktor darah
Darah
merupakan pengangkut oksigen menuju seluruh bagian tubuh. Jika daya angkut
darah berkurang, maka sebagus apapun jalan (pembuluh darah) dan pemompaan
jantung maka hal tersebut tidak cukup membantu. Hal-hal yang menyebabkan
terganggunya daya angkut darah antara lain: anemia, hipoksemia, dan polisitemia.
2.
Meningkatnya kebutuhan oksigen tubuh
Pada orang
normal meningkatnya kebutuhan oksigen mampu dikompensasi diantaranya dengan
meningkatkan denyut jantung untuk meningkatkan COP. Akan tetapi jika orang
tersebut telah mengidap penyakit jantung, mekanisme kompensasi justru pada
akhirnya makin memperberat kondisinya karena kebutuhan oksigen semakin
meningkat, sedangkan suplai oksigen tidak bertambah.
Oleh
karena itu segala aktivitas yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen
akan memicu terjadinya infark. Misalnya: aktivtas berlebih, emosi, makan
terlalu banyak dan lain-lain. Hipertropi miokard bisa memicu terjadinya
infark karea semakin banyak sel yang harus disuplai oksigen, sedangkan
asupan oksien menurun akibat dari pemompaan yang tidak efektive.
C.
Factor Resiko
Secara garis besar terdapat dua
jenis factor resiko bagi setiap orang untuk terkena AMI, yaitu factor resiko
yang bisa dimodifikasi dan factor resiko yang tidak bisa dimodifikasi.
1.
Faktor Resiko Yang Dapat Dimodifikasi
Merupakan
factor resiko yang bisa dikendalikan sehingga dengan intervensi tertentu maka
bisa dihilangkan. Yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya:
a.
Merokok
Peran
rokok dalam penyakit jantung koroner ini antara lain: menimbulkan
aterosklerosis; peningkatan trombogenessis dan vasokontriksi; peningkatan
tekanan darah; pemicu aritmia jantung, meningkatkan kebutuhan oksigen jantung,
dan penurunan kapasitas pengangkutan oksigen
Merokok
20 batang rokok atau lebih dalam sehari bisa meningkatkan resiko 2-3 kali
disbanding yang tidak merokok.
b.
Konsumsi alcohol
Meskipun
ada dasar teori mengenai efek protektif alcohol dosis rendah hingga moderat,
dimana ia bisa meningkatkan trombolisis endogen, mengurangi adhesi platelet,
dan meningkatkan kadar HDL dalam sirkulasi, akan tetapi semuanya masih
controversial
Tidak
semua literature mendukung konsep ini, bahkan peningkatan dosis alcohol
dikaitkan dengan peningkatan mortalitas cardiovascular karena aritmia,
hipertensi sistemik dan kardiomiopati dilatasi.
c.
Infeksi
Infeksi
Chlamydia pneumoniae , organisme gram negative intraseluler dan penyebab
umum penyakit saluran perafasan, tampaknya berhubungan dengan penyakit koroner
aterosklerotik
d.
Hipertensi sistemik.
Hipertens
sistemik menyebabkan meningkatnya after load yang secara tidak langsung akan
meningkan beban kerja jantung. Kondisi seperti ini akan memicu hipertropi
ventrikel kiri sebagai kompensasi dari meningkatnya after load yang pada
akhirnya meningkatan kebutuhan oksigen jantung.
e.
Obesitas
Terdapat
hubungan yang erat antara berat badan, peningkatan tekanan darah, peningkatan
kolesterol darah, DM tidak tergantung insulin, dan tingkat aktivitas yang
rendah.
f.
Kurang olahraga
Aktivitas
aerobic yang teratur akan menurunkan resiko terkena penyakit jantung koroner,
yaitu sebesar 20-40 %.
g.
Penyakit Diabetes
Resiko
terjadinya penyakit jantung koroner pada pasien dengan DM sebesar 2- 4 lebih
tinggi dibandingkan orang biasa.
Hal
ini berkaitan dengan adanya abnormalitas metabolisme lipid, obesitas,
hipertensi sistemik, peningkatan trombogenesis (peningkatan tingkat adhesi
platelet dan peningkatan trombogenesis).
2.
Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dimodifikasi
Merupakan
factor resiko yang tidak bisa dirubah atau dikendalikan, yaitu diantaranya:
a.
Usia
Resiko
meningkat pada pria datas 45 tahun dan wanita diatas 55 tahun (umumnnya setelah
menopause)
b.
Jenis Kelamin
Morbiditas
akibat penyakit jantung koroner (PJK)pada laki-laki dua kali lebih besar
dibandingkan pada perempuan, hal ini berkaitan dengan estrogen endogn yang
bersifat protective pada perempuan.
Hal
ini terbukti insidensi PJK meningkat dengan cepat dan akhirnya setare dengan
laki pada wanita setelah masa menopause
c.
Riwayat Keluarga
Riwayat
anggota keluarga sedarah yang mengalami PJK sebelm usia 70 tahun
merupakan factor resiko independent untuk terjadinya PJK.
Agregasi
PJK keluarga menandakan adanya predisposisi genetic pada keadaan ini.
Terdapat
bukti bahwa riwayat positif pada keluarga mempengaruhi onset penderita PJK pada
keluarga dekat
d.
RAS
Insidensi
kematian akiat PJK pada orang Asia yang tinggal di Inggris lebih tinggi
dibandingkan dengan peduduk local, sedangkan angka yang rendah terdapat pada
RAS apro-karibia
e.
Geografi
Tingkat
kematian akibat PJK lebih tinggi di Irlandia Utara, Skotlandia, dan bagian
Inggris Utara dan dapat merefleksikan perbedaan diet, kemurnian air, merokok,
struktur sosio-ekonomi, dan kehidupan urban.
f.
Tipe kepribadian
Tipe
kepribadian A yang memiliki sifat agresif, kompetitif, kasar, sinis, gila
hormat, ambisius, dan gampang marah sangat rentan untuk terkena PJK.
Terdapat
hubungan antara stress dengan abnnormalitas metabolisme lipid.
g.
Kelas social
Tingkat
kematian akibat PJK tiga kali lebih tinggi pada pekerja kasar laki-laki
terlatih dibandingkan dengan kelompok pekerja profesi (missal dokter, pengacara
dll).
Selain
itu frekuensi istri pekerja kasar ternyata 2 kali lebih besar untuk mengalami
kematian dini akibat PJK dibandingkan istri pekerja professional/non-manual.
D.
Patofisiologi
Berawal dari proses aterosklerosis
yang merupakan factor etiologi utama yang mendasari terjadinya penyakit jantung
koroner. Terbentuknya plaque dari aterosklerosis menyebabkan penyempitan lumen pembuluh
darah arteri, bila plaque ini pecah dan berdarah menyebabkan thrombosis dan
obstruksi arteri koroner. Obstruksi pembuluh darah lebih dari 75% akan
meningkatkan kematian (30 – 40%).
Penyempitan atau obstruksi total
pembuluh arteri koroner akan mempengaruhi perfusi koroner. Suplai oksigen yang
kurang atau tidak ada menyebabkan iskemia miokard. Pada iskemia memaksa
miokardium mengubah metabolisme bersifat anaerob dimana asam laktat yang
dihasilkan tertimbun di sel-sel miokard akan menstimuli ujung saraf dan
menimbulkan rasa nyeri dada, serta kadar pH sel akan berkurang/asidosis.
Iskemia miokard yang berlangsung
lama lebih dari 35 – 45 menit menyebabkan kerusakan sel-sel miokard yang
irreversible dan nekrosis. Pada keadaan demikian fungsi ventrikel terganggu,
kekuatan kontraksi berkurang, penurunan stroke volume dan fraksi ejeksi serta
gangguan irama jantung. Hal ini akan mengubah hemodinamika. Mekanisme
kompensasi output cardial dan perfusi yang mungkin meliputi stimulasi simpatik
berupa peningkatan heart rate, vasokontriksi, hipertrofi ventrikel.
Proses terjadinya infark miokard
terbagi dalam tiga zona, yaitu zona nekrotik, injury dan iskemia. Zona injury
dan iskemia berpotensial dapat pulih kembali tergantung pada kemampuan jaringan
sekitar iskemia membentuk sirkulasi kolateral untuk reperfusi cepat.
Luasnya infark tergantung pada pembuluh darah arteri yang tersumbat. Miokard infark paling sering mengenai ventrikel kiri. Dan area yang terkena dapat seluruh otot jantung (infark transmural) atau hanya mengenai sebagian dalam lapisan miokard (infark sub endokardial)
Luasnya infark tergantung pada pembuluh darah arteri yang tersumbat. Miokard infark paling sering mengenai ventrikel kiri. Dan area yang terkena dapat seluruh otot jantung (infark transmural) atau hanya mengenai sebagian dalam lapisan miokard (infark sub endokardial)
E.
Manifestasi Klinis
Tidak semua serangan mulai secara
tiba-tiba disertai nyeri yang sangat parah seperti yang sering kita lihat pada
tayangan TV atau sinema. Tanda dan gejala dari serangan jantung tiap orang
tidak sama. Banyak serangan jantung berjalan lambat sebagai nyeri ringan atau
perasaan tidak nyaman. Bahkan beberapa orang tanpa gejala sedikitpun (dinamakan
silent heart attack)
Akan tetapi pada umumnya serangan
AMI ini ditandai oleh beberapa hal berikut:
a.
Nyeri Dada
Mayoritas pasien AMI (90%) datang
dengan keluhan nyeri dada. Perbedaan dengan nyeri pada angina adalah nyer
pada AMI lebih panjang yaitu minimal 30 menit, sedangkan pada angina kurang
dari itu. Disamping itu pada angina biasanya nyeri akan hilang dengan istirahat
akan tetapi pada infark tidak.
Nyeri dan rasa tertekan pada dada
itu bisa disertai dengan keluarnya keringat dingin atau perasaan takut.
Mskipun AMI memiliki cirri nyeri
yang khas yaitu menjalar ke lengan kiri, bahu, leher sampai ke epigastrium,
akan tetapi pada orang tertentu nyeri yang terasa hanya sedikit. Hal tersebut
biasanya terjadi pada manula, atau penderita DM berkaitan dengan neuropathy.
b.
Sesak Nafas
Sesak nafas bisa disebabkan oleh
peningkatan mendadak tekanan akhir diastolic ventrikel kiri, disamping itu
perasaan cemas bisa menimbulkan hipervenntilasi.
Pada infark yang tanpa gejala nyeri,
sesak nafas merupakan tanda adanya disfungsi ventrikel kiri yang bermakna
Sifat nyeri dada angina sebagai
berikut:
1. Lokasi : substernal, retrosternal,
dan prekordial
2. Sifat nyeri : seperti diremas-remas,
ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat.
3. Nyeri dapat menjalar ke lengan
(umumnya kiri), bahu, leher, rahang bawah gigi, punggung/interskapula, perut
dan dapat juga ke lengan kanan.
4. Nyeri membaik atau hilang dengan
istirahat dan responsif terhadap nitrat.
5. Faktor pencetus : latihan fisik,
stres emosi, udara dingin dan sesudah makan
6. Gejala yang menyertai dapat berupa
mual, muntah, sulit bernapas, keringat dingin, cemas dan lemas.
c.
Gejala Gastrointestinal
Peningkatan aktivitas vagal
menyebabkan mual dan muntah, dan biasanya lebih sering pada infark inferior,
dan stimulasi diafragma pada infak inferior juga bisa menyebabkan cegukan
d.
Gejala Lain
Termasuk palpitasi, rasa pusing,
atau sinkop dari aritmia ventrikel, dan gejala akibat emboli arteri (misalnya
stroke, iskemia ekstrimitas)
F.
Pemeriksaan Fisik
a.
Tampilan Umum
Pasien
tampak pucat, berkeringat, dan gelisah akibat aktivitas simpatis berlebihan.
Pasien juga tapak sesak. Demam derajat sedang (< 38 C) bisa timbul setelah
12-24 jam pasca infark
b.
Denyut Nadi dan Tekanan Darah
Sinus
takikardi (100-120 x/mnt) terjadi pada sepertiga pasien, biasanya akan melambat
dengan pemberian analgesic yang adekuat.
Denyut
jantung yang rendah mengindikasikan adanya sinus bradikardi atau blok jantung
sebagai komplikasi dari infark.
Peningkatan
TD mmoderat merupakan akibat dari pelepasan kotekolamin
Sedangkan
jika terjadi hipotensi maka hal tersebut merupakan akibat dari aktivitas
vagus berlebih, dehidrasi, infark ventrikel kanan, atau tanda dari syok
kardiogenik
c.
Pemeriksaan jantung
Terdangar
bunyi jantung S4 dan S3 , atau mur-mur. Bunyi gesekan perikard jarang terdengar
hingga hari ke dua atau ketiga atau lebih lama lagi (hingga 6 minggu) sebagai
gambatan dari sindrom Dressler.
d.
Pemeriksaan paru
Ronkhi
akhir pernafasan bisa terdengar, walaupun mungkin tidak terdapat gambaran edema
paru pada radiografi. Jika terdapat edema paru, maka hal itu merupakan
komplikasi infark luas, biasanya anterior.
G.
Pemeriksaan Penunjang
Penegakan diagnosa serangan jantung
berdasarkan gejala, riwayat kesehatan prbadi dan kelarga, serta hasil test
diagnostic.
a.
EKG (Electrocardiogram)
Pada EKG 12 lead, jaringan iskemik
tetapi masih berfungsi akan menmghasilkan perubahan gelombang T, menyebabkan
inervasi saat aliran listrik diarahkan menjauh dari jaringan iskemik,
lebih serius lagi, jaringan iskemik akan mengubah segmen ST menyebabkan depresi
ST.
Pada infark,
miokard yang mati tidak mengkonduksi listrik dan gagal untuk repolarisasi
secara normal, mengakibatkan elevasi segmen ST. Saat nekrosis terbentuk, dengan
penyembuhan cincin iskemik disekitar area nekrotik, gelombang Q terbentuk. Area
nekrotik adalah jaringan parut yang tak aktif secara elektrikal, tetapi zona
nekrotik akan menggambarkan perubahan gelombang T saat iskemik terjasi lagi.
Pada awal infark miokard, elevasi ST disertai dengan gelombang T tinggi. Selama
berjam-jam atau berhari-hari berikutnya, gelombang T membalik. Sesuai dengan
umur infark miokard, gelombang Q menetap dan segmen ST kembali normal.
Gambaran
spesifik pada rekaman EKG
Daerah infark
|
Perubahan EKG
|
Anterior
|
Elevasi
segmen ST pada lead V3 -V4, perubahan resiprokal (depresi ST) pada lead II,
III, aVF.
|
Inferior
|
Elevasi
segmen T pada lead II, III, aVF, perubahan resiprokal (depresi ST) V1 – V6,
I, aVL.
|
Lateral
|
Elevasi
segmen ST pada I, aVL, V5 – V6.
|
Posterior
|
Perubahan
resiprokal (depresi ST) pada II, III, aVF, terutama gelombang R pada V1 – V2.
|
Ventrikel
kanan
|
Perubahan
gambaran dinding inferior
|
b.
Test Darah
Selama serangan, sel-sel otot
jantung mati dan pecah sehingga protein-protein tertentu keluar masuk aliran
darah.
1. Kreatinin Pospokinase (CPK) termasuk dalam hal ini CPK-MB
terdetekai setelah 6-8 jam, mencapai puncak setelah 24 jam dan kembali
menjadi normal setelah 24 jam berikutnya.
2. LDH (Laktat Dehidrogenisasi) terjadi pada tahap lanjut infark
miokard yaitu setelah 24 jam kemudian mencapai puncak dalam 3-6 hari.
Masih dapat dideteksi sampai dengan 2 minggu.
Iso
enzim LDH lebih spesifik dibandingkan CPK-MB akan tetapi penggunaan klinisnya
masih kalah akurat dengan nilai Troponin, terutama Troponin T.
Seperti
yang kita ketahui bahwa ternyata isoenzim CPK-MB maupun LDH selain ditemukan
pada otot jantung juga bisa ditemukan pada otot skeletal.
3. Troponin T & I merupakan protein merupakan tanda
paling spesifik cedera otot jantung, terutama Troponin T (TnT)
Tn
T sudah terdeteksi 3-4 jam pasca kerusakan miokard dan masih tetap
tinggi dalam serum selama 1-3 minggu.
Pengukuran
serial enzim jantung diukur setiap selama tiga hari pertama; peningkatan
bermakna jika nilainya 2 kali batas tertinggi nilai normal.
c. Coronary Angiography
Coronary angiography merupakan pemeriksaan khusus dengan
sinar x pada jantung dan pembuluh darah. Sering dilakukan selama serangan untuk
menemukan letak sumbatan pada arteri koroner.
Dokter memasukan kateter melalui
arteri pada lengan atau paha menujua jantung. Prosedur ini dinamakan
kateterisasi jantung, yang merupakan bagian dari angiografi koroner
Zat kontras yang terlihat melalui
sinar x diinjeksikan melalui ujung kateter pada aliran darah. Zat kontras itu
memingkinkan dokter dapat mempelajari aliran darah yang melewati pembuluh darah
dan jantung
Jika ditemukan sumbatan, tindakan
lain yang dinamakan angioplasty, dpat dilakukan untuk memulihkan aliran darah pada arteri
tersebut. Kadang-kadang akan ditempatkan stent (pipa kecil yang berpori) dalam arteri untuk menjaga arteri
tetap terbuka.
H.
Penanganan
Tujuan dari penanganan pada infark
miokard adalah menghentikan perkembangan serangan jantung, menurunkan beban
kerja jantung (memberikan kesempatan untuk penyembuhan) dan mencegah komplikasi
lebih lanjut.
Berikut ini adalah penanganan yang
dilakukan pada pasien dengan AMI:
a. Berikan oksigen meskipun kadar
oksigen darah normal. Persediaan oksigen yang melimpah untuk jaringan, dapat
menurunkan beban kerja jantung. Oksigen yang diberikan 5-6 L /menit melalu
binasal kanul.
b. pasang monitor kontinyu EKG segera,
karena aritmia yang mematikan dapat terjadi dalam jam-jam pertama pasca
serangan.
c. Pasien dalam kondisi
bedrest untuk menurunkan kerja jantung sehingga mencegah kerusakan otot jantung
lebih lanjut. Mengistirahatkan jantung berarti memberikan kesempatan kepada
sel-selnya untuk memulihkan diri.
d. Pemasangan IV line untuk memudahkan
pemberan obat-obatan dan nutrisi yang diperlukan. Pada awal-awal serangan
pasien tidak diperbolehkan mendapatkan asupa nutrisi lewat mulut karena akan
meningkatkan kebutuhan tubuh erhadap oksigen sehingga bisa membebani jantung.
e. Pasien yang dicurigai atau
dinyatakan mengalami infark seharusnya mendapatkan aspirin (antiplatelet)
untuk mencegah pembekuan darah. Sedangkan bagi pasien yang elergi
terhadap aspirin dapat diganti dengan clopidogrel.
f. Nitroglycerin dapat diberikan
untuk menurunkan beban kerja jantung dan memperbaiki aliran darah yang
melalui arteri koroner. Nitrogliserin juga dapat membedakan apakah ia Infark
atau Angina, pada infark biasanya nyeri tidak hilang dengan pemberian
nitrogliserin.
g. Morphin merupakan antinyeri narkotik
paling poten, akan tetapi sangat mendepresi aktivitas pernafasan, sehingga tdak
boleh digunakan pada pasien dengan riwayat gangguan pernafasan. Sebagai
gantinya maka digunakan petidin
Pada prinsipnya jika mendapatkan
korban yang dicurigai mendapatkan serangan jantung, segera hubungi 118 untuk
mendapatkan pertolongan segera. Karena terlambat 1-2 menit saa nyawa korban
mungkin tidak terselamatkan lagi.
Obat-obatan yang digunakan pada
pasien dengan AMI diantaranya:
1. Obat-obatan trombolitik
Obat-obatan
ini ditujukan untuk memperbaiki kembali airan darah pembuluh darah koroner,
sehingga referfusi dapat mencegah kerusakan miokard lebih lanjut.
Obat-obatan
ini digunakan untuk melarutkan bekuan darah yang menyumbat arteri koroner.
Waktu paling efektive pemberiannya adalah 1 jam stelah timbul gejal pertama dan
tidak boleh lebih dari 12 am pasca serangan. Selain itu tidak boleh diberikan
pada pasien diatas 75 tahun
Contohnya
adalah streptokinase
2. Beta Blocker
Obat-obatan
ini menrunkan beban kerja jantung. Bisa juga digunakan untuk mengurangi nyeri
dada atau ketidaknyamanan dan juga mencegah serangan jantung tambahan. Beta
bloker juga bisa digunakan untuk memperbaiki aritmia.
Terdapat
dua jenis yaitu cardioselective (metoprolol, atenolol, dan acebutol) dan
non-cardioselective (propanolol, pindolol, dan nadolol)
3. Angiotensin-Converting Enzyme (ACE)
Inhibitors
Obat-obatan
ini menurunkan tekanan darah dan mengurangi cedera pada otot jantung. Obat ini
juga dapat digunakan untuk memperlambat kelemahan pada otot jantung.
Misalnya
captropil
4. Obat-obatan antikoagulan
Obat-
obatan ini mengencerkan darah dan mencegah pembentukan bekuan darah pada
arteri.
Missal:
heparin dan enoksaparin.
5. Obat-obatan Antiplatelet
Obat-obatan
ini (misal aspirin dan clopidogrel) menghentikan platelet untuk membentuk
bekuan yang tidak diinginkan.
Jika obat-obatan tidak mampu
menangani/menghentikan serangan jantung., maka dpat dilakukan tindakan medis,
yaitu antara lain
a. Angioplasti
Tindakan
non-bedah ini dapat dilakukan dengan membuka arteri koroner yang tersumbat oleh
bekuan darah. Selama angioplasty kateter dengan balon pada ujungnya dimasukan
melalui pembuluh darah menuju arteri koroner yang tersumbat. Kemudian balon
dikembangkan untuk mendorong plaq melawan dinding arteri. Melebarnya bagian
dalam arteri akan mengembalikan aliran darah.
Pada
angioplasti, dapat diletakan tabung kecil (stent) dalam arteri yang tersumbat
sehingga menjaganya tetap terbuka. Beberapa stent biasanya dilapisi
obat-obatan yang mencegah terjadinya bendungan ulang pada arteri.
b. CABG (Coronary Artery Bypass
Grafting)
Merupakan
tindakan pembedahan dimana arteri atau vena diambil dari bagian tubuh lain
kemudian disambungkan untuk membentuk jalan pintas melewati arteri koroner yang
tersumbat. Sehingga menyediakan jalan baru untuk aliran darah yang menuju
sel-sel otot jantung.
Setelah pasien kembali ke
rumah maka penanganan tidak berhenti, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
·
Mematuhi
manajemen terapi lanjutan dirumah baik berupa obat-obatan maupn mengikuti
program rehabilitasi.
·
Melakukan
upaya perubahan gaya hidup sehat yang bertujuan untuk menurunkan kemungkinan
kekambuhan, misalnya antara lain: menghindari merokok, menurunkan BB, merubah
dit, dan meningatkan aktivitas fisik.
I.
Komplikasi
1.
Aritmia
2.
Bradikardia
sinus
3.
Irama
nodal
4.
Gangguan
hantaran atrioventrikular
5.
Gangguan
hantaran intraventrikel
6.
Asistolik
7.
Takikardia
sinus
8.
Kontraksi
atrium prematur
9.
Takikardia
supraventrikel
10. Flutter atrium
11. Fibrilasi atrium
12. Takikardia atrium multifokal
13. Kontraksi prematur ventrikel
14. Takikardia ventrikel
15. Takikardia idioventrikel
16. Flutter dan Fibrilasi ventrikel
17. Renjatan kardiogenik
18. Tromboembolisme
19. Perikarditis
20. Aneurisme ventrikel
21. Regurgitasi mitral akut
22. Ruptur jantung dan septum
J.
Pengakjian Keperawatan
Berdasarkan
klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
- Kelemahan, kelelahan, tidak dapat
tidur
- Riwayat pola hidup menetap, jadual
olahraga tak teratur
Tanda:
- Takikardia, dispnea pada
istirahat/kerja
2. Sirkulasi:
Gejala:
- Riwayat IM
sebelumnya, penyakit arteri koroner, GJK, masalah TD, DM.
Tanda:
- TD dapat normal atau naik/turun;
perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk/berdiri.
- Nadi dapat normal; penuh/tak kuat
atau lemah/kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat; tidak teratur
(disritmia) mungkin terjadi.
- BJ ekstra (S3/S4) mungkin
menunjukkan gagal jantung/penurunan kontraktilitas atau komplian ventrikel
- Murmur bila ada menunjukkan gagal
katup atau disfungsi otot papilar.
- Friksi; dicurigai perikarditis
- Irama jantung
dapat teratur atau tak teratur.
- Edema, DVJ,
edema perifer, anasarka, krekels mungkin ada dengan gagal jantung/ventrikel.
- Pucat atau
sianosis pada kulit, kuku dan membran mukosa.
3. Integritas ego:
Gejala:
- Menyangkal gejala penting.
- Takut mati,
perasaan ajal sudah dekat
- Marah pada
penyakit/perawatan yang ‘tak perlu’
- Kuatir
tentang keluarga, pekerjaan dan keuangan.
Tanda:
- Menolak,
menyangkal, cemas, kurang kontak mata
- Gelisah, marah, perilaku menyerang
- Fokus pada diri
sendiri/nyeri.
4. Eliminasi:
Tanda:
- Bunyi usus normal atau menurun
5. Makanan/cairan:
Gejala:
- Mual, kehilangan napsu makan,
bersendawa, nyeri ulu hati/terbakar.
Tanda:
- Penurunan
turgor kulit, kulit kering/berkeringat
- Muntah,
- Perubahan berat badan
6. Hygiene:
Gejala/tanda:
- Kesulitan melakukan perawatan diri.
7. Neurosensori:
Gejala:
- Pusing, kepala berdenyut selama
tidur atau saat bangun (duduk/istirahat)
Tanda:
- Perubahan mental
- Kelemahan
8. Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:
- Nyeri dada yang timbul mendadak
(dapat/tidak berhubungan dengan aktifitas), tidak hilang dengan istirahat atau
nitrogliserin.
- Lokasi nyeri tipikal pada dada
anterior, substernal, prekordial, dapat menyebar ke tangan, rahang, wajah.
Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung,
leher.
- Kualitas nyeri ‘crushing’, menusuk,
berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat.
- Instensitas nyeri biasanya 10 pada
skala 1-10, mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.
- Catatan: nyeri mungkin tak ada pada
pasien pasca operasi, dengan DM, hipertensi dan lansia.
Tanda:
- Wajah meringis, perubahan postur
tubuh.
- Menangis, merintih, meregang,
menggeliat.
- Menarik diri, kehilangan kontak mata
- Respon otonom: perubahan
frekuensi/irama jantung, TD, pernapasan, warna kulit/kelembaban, kesadaran.
9. Pernapasan:
Gejala:
- Dispnea
dengan/tanpa kerja, dispnea nokturnal
- Batuk produktif/tidak produktif
- Riwayat merokok, penyakit pernapasan
kronis
Tanda:
- Peningkatan frekuensi pernapasan
- Pucat/sianosis
- Bunyi napas bersih atau krekels,
wheezing
- Sputum bersih, merah muda kental
10. Interaksi sosial:
Gejala:
- Stress saat ini
(kerja, keuangan, keluarga)
- Kesulitan
koping dengan stessor yang ada (penyakit, hospitalisasi)
Tanda:
- Kesulitan
istirahat dengan tenang, respon emosi meningkat
- Menarik diri dari keluarga
11. Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
- Riwayat keluarga penyakit
jantung/IM, DM, Stroke, Hipertensi, Penyakit Vaskuler Perifer
- Riwayat penggunaan tembakau
K.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d iskemia miokard
akibat sumbatan arteri koroner.
2. Intoleransi aktivitas b/d
ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan tubuh.
3. Kecemasan
(uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatan-status sosio-ekonomi;
ancaman kematian.
4. (Risiko tinggi)
Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik
jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik;
infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel
dan kerusakan septum.
5. (Risiko tinggi)
Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah koroner.
6. (Risiko tinggi)
Kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi ginjal; peningkatan
natrium/retensi air; peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein
plasma.
7. Kurang
pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d kurang terpajan atau
salah interpretasi terhadap informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit
jantung dan perubahan status kesehatan yang akan datang.
L. INTERVENSI KEPERAWATAN
NYERI AKUT B/D ISKEMIA MIOKARD AKIBAT SUMBATAN ARTERI
KORONER.
|
|
Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi diharapkan klien dapat mengontrol nyeri
Criteria hasil :
-
Tampak
rileks
-
Skala
nyeri berkurang
-
Klien
dapat istirahat
-
TD
= 110/80 mmHg – 130/90 mmHg
-
Hasil
EKG normal
-
N=
80-100 x/menit
|
|
INTERVENSI
KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
Pantau
nyeri (karakteristik, lokasi, intensitas, durasi), catat setiap respon
verbal/non verbal, perubahan hemo-dinamik
Berikan
lingkungan yang tenang dan tunjukkan perhatian yang tulus kepada klien.
Bantu
melakukan teknik relaksasi (napas dalam/perlahan, distraksi, visualisasi,
bimbingan imajinasi)
Kolaborasi
pemberian obat sesuai indikasi: Antiangina seperti nitogliserin
(Nitro-Bid, Nitrostat, Nitro-Dur)
Beta-Bloker
seperti atenolol (Tenormin), pindolol (Visken), propanolol (Inderal)
Analgetik
seperti morfin, meperidin (Demerol)
Penyekat
saluran kalsium seperti verapamil (Calan), diltiazem (Prokardia).
|
Nyeri
adalah pengalaman subyektif yang tampil dalam variasi respon verbal non
verbal yang juga bersifat individual sehingga perlu digambarkan secara rinci
untuk menetukan intervensi yang tepat.
Menurunkan
rangsang eksternal yang dapat memperburuk keadaan nyeri yang terjadi.
Membantu
menurunkan persepsi-respon nyeri dengan memanipulasi adaptasi fisiologis
tubuh terhadap nyeri.
Nitrat
mengontrol nyeri melalui efek vasodilatasi koroner yang meningkatkan
sirkulasi koroner dan perfusi miokard.
Agen
yang dapat mengontrol nyeri melalui efek hambatan rangsang
simpatis.(Kontra-indikasi: kontraksi miokard yang buruk)
Morfin
atau narkotik lain dapat dipakai untuk menurunkan nyeri hebat pada fase akut
atau nyeri berulang yang tak dapat dihilangkan dengan nitrogliserin.
Bekerja
melalui efek vasodilatasi yang dapat meningkatkan sirkulasi koroner dan
kolateral, menurunkan preload dan kebu-tuhan oksigen miokard. Beberapa di
antaranya bekerja sebagai antiaritmia.
|
INTOLERANSI AKTIVITAS B/D KETIDAKSEIMBANGAN SUPLAI OKSIGEN
MIOKARD DENGAN KEBUTUHAN TUBUH.
|
|
Tujuan
: Terjadi
peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan tindakan keperawatan
selama di RS
Kriteria
Hasil :
- Klien berpartisipasi dalam
aktifitas sesuai kemampuan klien
- Frekuensi jantung 60-100 x/ menit
- TD 120-80 mmHg
|
|
INTERVENSI
KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
Pantau
HR, irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas sesuai
indikasi.
Tingkatkan
istirahat, batasi aktivitas
Anjurkan
klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdominal.
Batasi
pengunjung sesuai dengan keadaan klinis klien.
Bantu aktivitas sesuai dengan keadaan klien dan
jelaskan pola peningkatan aktivitas bertahap.
Kolaborasi
pelaksanaan program rehabilitasi pasca serangan IMA.
|
Menentukan respon klien terhadap aktivitas.
Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen, menurunkan
risiko komplikasi.
Manuver Valsava seperti menahan napas, menunduk, batuk
keras dan mengedan dapat mengakibatkan bradikardia, penurunan curah jantung
yang kemudian disusul dengan takikardia dan peningkatan tekanan darah.
Keterlibatan dalam pembicaraan panjang dapat melelahkan
klien tetapi kunjungan orang penting dalam suasana tenang bersifat
terapeutik.
Mencegah aktivitas berlebihan; sesuai dengan kemampuan
kerja jantung.
Menggalang kerjasama tim kesehatan dalam proses
penyembuhan klien.
|
KECEMASAN (URAIKAN TINGKATANNYA) B/D
ANCAMAN/PERUBAHAN KESEHATAN-STATUS SOSIO-EKONOMI; ANCAMAN KEMATIAN.
|
|
Tujuan
: Cemas
hilang / berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria
Hasil :
·
Klien
tampak rileks
·
Klien
dapat beristirahat
·
TTV
dalam batas normal
|
|
INTERVENSI
KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
Pantau
respon verbal dan non verbal yang menunjukkan kecemasan klien.
Dorong
klien untuk mengekspresikan perasaan marah, cemas/takut terhadap situasi krisis
yang dialaminya.
Orientasikan
klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang
diharapkan.
Kolaborasi
pemberian agen terapeutik anti cemas/sedativa sesuai indikasi
(Diazepam/Valium, Flurazepam/Dal-mane, Lorazepam/Ativan).
|
Klien
mungkin tidak menunjukkan keluhan secara langsung tetapi kecemasan dapat
dinilai dari perilaku verbal dan non verbal yang dapat menunjukkan adanya
kegelisahan, kemarahan, penolakan dan sebagainya.
Respon
klien terhadap situasi IMA bervariasi, dapat berupa cemas/takut terhadap
ancaman kematian, cemas terhadap ancaman kehilangan pekerjaan, perubahan
peran sosial dan sebagainya.
Informasi
yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien dapat menurunkan
kecemasan/rasa asing terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien
mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi.
Meningkatkan
relaksasi dan menurunkan kecemasan.
|
(RISIKO TINGGI) PENURUNAN CURAH JANTUNG B/D PERUBAHAN
FREKUENSI, IRAMA DAN KONDUKSI LISTRIK JANTUNG; PENURUNAN PRELOAD/PENINGKATAN
TAHANAN VASKULER SISTEMIK; INFARK/DISKINETIK MIOKARD, KERUSAKAN STRUKTUARAL
SEPERTI ANEURISMA VENTRIKEL DAN KERUSAKAN SEPTUM.
|
|
Tujuan
: Curah jantung membaik / stabil setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria
Hasil :
-
Tidak
ada edema
-
Tidak
ada disritmia
-
Haluaran
urin normal
-
TTV
dalam batas normal
|
|
INTERVENSI
KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
Pantau
TD, HR dan DN, periksa dalam keadaan baring, duduk dan berdiri (bila
memungkinkan)
Auskultasi
adanya S3, S4 dan adanya murmur.
Auskultasi
bunyi napas.
Berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah.
Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan klien
Pertahankan patensi IV-lines/heparin-lok sesuai
indikasi.
Bantu pemasangan/pertahankan paten-si pacu jantung bila
digunakan.
|
Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari disfungsi
ventrikel, hipoperfusi miokard dan rangsang vagal. Sebaliknya, hipertensi
juga banyak terjadi yang mungkin berhubungan dengan nyeri, cemas, peningkatan
katekolamin dan atau masalah vaskuler sebelumnya. Hipotensi ortostatik
berhubungan dengan komplikasi GJK. Penurunanan curah jantung ditunjukkan oleh
denyut nadi yang lemah dan HR yang meningkat.
S3 dihubungkan dengan GJK, regurgitasi mitral,
peningkatan kerja ventrikel kiri yang disertai infark yang berat. S4 mungkin
berhubungan dengan iskemia miokardia, kekakuan ventrikel dan hipertensi.
Murmur menunjukkan gangguan aliran darah normal dalam jantung seperti pada
kelainan katup, kerusakan septum atau vibrasi otot papilar.
Krekels menunjukkan kongesti paru yang mungkin terjadi
karena penurunan fungsi miokard.
Makan dalam volume yang besar dapat meningkatkan kerja
miokard dan memicu rangsang vagal yang mengakibatkan terjadinya bradikardia.
Meningkatkan suplai oksigen untuk kebutuhan miokard dan
menurunkan iskemia.
Jalur IV yang paten penting untuk pemberian obat
darurat bila terjadi disritmia atau nyeri dada berulang.
Pacu jantung mungkin merupakan tindakan dukungan
sementara selama fase akut atau mungkin diperlukan secara permanen pada
infark luas/kerusakan sistem konduksi.
|
(RISIKO TINGGI) PERUBAHAN PERFUSI
JARINGAN B/D PENURUNAN/SUMBATAN ALIRAN DARAH KORONER.
|
|
Tujuan
:
Gangguan perfusi jaringan berkurang / tidak meluas selama dilakukan tindakan
perawatan di RS.
Kriteria
Hasil:
-
Daerah
perifer hangat
-
Tidak
sianosis
-
Gambaran
EKG tak menunjukan perluasan infark
-
RR
16-24 x/ menit
-
Tidak
terdapat clubbing finger
-
Kapiler
refill 3-5 detik
-
Nadi
60-100x / menit
-
TD
120/80 mmHg
|
|
INTERVENSI
KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
Pantau
perubahan kesadaran/keadaan mental yang tiba-tiba seperti bingung, letargi,
gelisah, syok.
Pantau
tanda-tanda sianosis, kulit dingin/lembab dan catat kekuatan nadi perifer.
Pantau fungsi pernapasan (frekuensi, kedalaman, kerja
otot aksesori, bunyi napas)
Pantau
fungsi gastrointestinal (anorksia, penurunan bising usus, mual-muntah,
distensi abdomen dan konstipasi)
Pantau
asupan caiaran dan haluaran urine, catat berat jenis.
Kolaborasi
pemeriksaan laboratorium (gas darah, BUN, kretinin, elektrolit)
Kolaborasi pemberian agen terapeutik yang diperlukan:
Hepari / Natrium Warfarin (Couma-din)
Simetidin
(Tagamet), Ranitidin (Zantac), Antasida.
Trombolitik
(t-PA, Streptokinase)
|
Perfusi serebral sangat dipengaruhi oleh curah jantung
di samping kadar elektrolit dan variasi asam basa, hipoksia atau emboli
sistemik.
Penurunan curah jantung menyebabkan vasokonstriksi
sistemik yang dibuktikan oleh penurunan perfusi perifer (kulit) dan penurunan
denyut nadi.
Kegagalan pompa jantung dapat menimbulkan distres
pernapasan. Di samping itu dispnea tiba-tiba atau berlanjut menunjukkan
komplokasi tromboemboli paru.
Penurunan sirkulasi ke mesentrium dapat menimbulkan
disfungsi gastrointestinal
Asupan cairan yang tidak adekuat dapat menurunkan
volume sirkulasi yang berdampak negatif terhadap perfusi dan fungsi ginjal
dan organ lainnya. BJ urine merupakan indikator status hidrsi dan fungsi
ginjal.
Penting sebagai indikator perfusi/fungsi organ.
Heparin dosis rendah mungkin diberikan mungkin
diberikan secara profilaksis pada klien yang berisiko tinggi seperti
fibrilasi atrial, kegemukan, anerisma ventrikel atau riwayat tromboplebitis.
Coumadin merupakan antikoagulan jangka panjang.
Menurunkan/menetralkan asam lambung, mencegah
ketidaknyamanan akibat iritasi gaster khususnya karena adanya penurunan
sirkulasi mukosa.
Pada infark luas atau IM baru, trombolitik merupakan
pilihan utama (dalam 6 jam pertama serangan IMA) untuk memecahkan bekuan dan
memperbaiki perfusi miokard.
|
(RISIKO TINGGI) KELEBIHAN VOLUME
CAIRAN B/D PENURUNAN PERFUSI GINJAL; PENINGKATAN NATRIUM/RETENSI AIR;
PENINGKATAN TEKANAN HIDROSTATIK ATAU PENURUNAN PROTEIN PLASMA.
|
|
Tujuan
:
Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan selama dilakukan tindakan
keperawatan di RS
Kriteria
Hasil :
-
Tekanan
darah dalam batas normal
-
Tak
ada distensi vena perifer/ vena dan edema dependen
-
Paru
bersih
Berat
badan ideal ( BB ideal TB -100 – 10 %)
|
|
INTERVENSI
KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
Auskultasi
bunyi napas terhadap adanya krekels.
Pantau adanya DVJ dan edema
anasarka
Hitung keseimbangan cairan dan timbang berat badan
setiap hari bila tidak kontraindikasi.
Pertahankan
asupan cairan total 2000 ml/24 jam dalam batas toleransi kardiovaskuler.
Kolaborasi pemberian diet rendah natrium.
Kolaborasi pemberian diuretik sesuia indikasi
(Furosemid/Lasix, Hidralazin/ Apresoline, Spironlakton/
Hidronolak-ton/Aldactone)
Pantau kadar kalium sesuai indikasi.
|
Indikasi terjadinya edema paru sekunder akibat
dekompensasi jantung.
Dicurigai adanya GJK atau kelebihan volume cairan
(overhidrasi)
Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan
perfusi ginjal, retensi natrium/air dan penurunan haluaran urine.
Keseimbangan cairan positif yang ditunjang gejala lain (peningkatan BB yang
tiba-tiba) menunjukkan kelebihan volume cairan/gagal jantung.
Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa tetapi
tetap disesuaikan dengan adanya dekompensasi jantung.
Natrium mengakibatkan retensi cairan sehingga harus
dibatasi.
Diuretik mungkin diperlukan untuk mengoreksi kelebihan
volume cairan.
Hipokalemia dapat terjadi pada terapi diuretik yang
juga meningkatkan pengeluaran kalium.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar